Tangisku
membuka tabir hidup saat pertamakali aku menginjak bumi persada ini.
Engkau bersuka cita menyambutku walau sakit fisik masih menyiksamu,
tenagamu terkuras, keringatmu bercucuran, dan engkau bertarung nyawa.
Namun saat engkau melihat bayi yang masih bersimbah merah, kau peluk aku
sambil berucap kata, “Anakku selamat datang di dunia fana ini”
Ibu, dalam perjalanan waktu, engkau tidak pernah memberikan serpihan
yang tersisa. Engkau juga tidak pernah menghadiahkan patahan yang
terkulai. Engkau bahkan tidak pernah menyodorkan cahaya yang
berkedip-kedip, namun engkau menganugerahkan kesempurnaan dan keutuhan
yang berlabuhkan kasih dan berdermagakan kelembutaan serta bersandarkan
keikhlasan.
Aku kadang “menghadiahkan”
kepadamu, pemberontakan, umpatan, tatapan tidak bersahabat dari seorang
anak saat kebijakanmu menyadarkan kesenangan semuku dan nasehat ulungmu
membawaku berpijak di jalan yang benar. Kalau ku “hitung” banyaknya air
mata yang mengalir semenjak aku berada di sisimu dan kukalikan dengan
umurku sekarang, memang apapun persembahan yang akan kuberikan tidak
akan mampu “membayar”nya.
Ibu, kalau ku kenang semua
ulahku, aku meradang dalam kepenatan jiwa karena kadang tawaku adalah
tangismu dan gembiraku adalah dukamu. Namun aku yakin engkau tidak
pernah mencatat apapun pelanggaran dan sikapku yang bertentangan dengan
prinsip bijakmu. Malah sebelum aku berkata, engkau sudah mengatakan,
“Anakku aku selalu memaafkan dan melupakan semua yang pahit yang kau
lakukan, bagiku lebih penting dirimu daripada sebongkah kebencian. Lebih
berharga namamu daripada segudang kemarahan. Dan lebih luhur maafku
demi sebuah ‘HATI’ yang aku kasihi dan sayangi,,, anakku,,.
tercinta…Jangan bersedih apalagi menangis anakku.,,,
Kalau sejarah pernah mencatat
bahwa pancuran itu tidak menetes lagi, dan sungai tidak mengalir serta
bulan itu tidak bersinar lagi namun kasihmu abadi bagaikan nafas dalam
diriku. Kasihmu tidak pernah berujung laksana jalan yang tidak berakhir
dan tidak bertepian. Walau tanganmu terbatas menggapai namun anganmu
meraih sejuta impian dalam diriku, anakmu. Walau kakimu, terbatas
melangkah namun aksi cintamu melewati samudra, menyentuh jiwaku. Walau
tatapanmu terbatas melihat namun percikan hatimu mengembara menghinggapi
perjalananku.
Ibu, kugapai mimpi bersama
doamu. Kuraih mahkota berteman harapanmu. Kupetik mentari demi
kebahagiaanmu dan ku bawa cita itu bersama namamu yang terukir abadi
dalam diriku. Rambutmu boleh memutih, wajahmu memancarkan ketuaan dan
kulitmu boleh keriput namun tak kuijinkan, tawamu, senyummu, bahagiamu
dan kelembutanmu hilang dan sirna. Hartamu terindah yang aku terima;
kepastian doamu dan keyakinan imanmu tidak akan lenyap diterpa badai dan
ditelan topan hidup.
Ibu aku hanya ingin mengatakan, “AKU INGIN PULANG……….”
Aku ingin hadir di sisimu dan mengucapkan selamat hari ibu, dan saya
akan mendendangkan lagu untukmu, MOTHER HOW ARE YOU TODAY……..